Beberapa korban jiwa yang terserang pandemi ini
Telah lebih dari satu tahun ini, wabah COVID-19 sudah serang penjuru dunia. Wabah sebagai panggilan yang dipakai saat sebuah penyakit telah menebar dalam beberapa sisi di dunia.
Dalam sejarah, terdaftar sempat terjadi seringkali penyebaran penyakit yang pada akhirannya jadi wabah. Makin maju peradaban kita, makin sering berlangsungnya wabah ini.
Dalam beberapa wabah IMAX777Slot terpercaya di indonesia yang terjadi di masa silam, beberapa korban jiwa yang terserang pandemi ini. Walaupun beberapa penyakit yang dulu pernah terjadi ini tidak lenyap sampai sekarang ini, namun tetap ada beberapa langkah yang sudah dilakukan untuk mengontrol dan akhiri wabah ini.
Perubahan penyakit infeksi yang menebar ini tumbuh bersamaan perubahan peradaban manusia. Permasalahan kebersihan yang terjadi di masa silam sebagai pemicu dari banyak permasalahan kesehatan.
Mengembangnya transportasi sama seperti IMAX777Agen slot terpercaya yang berada di sekarang ini sebagai pemicu menebarnya virus atau penyakit ke daerah lain. Beberapa wabah di masa silam dapat usai karena beragam langkah yang diusahakan.
Waban Justinian sebagai salah satunya wabah paling dahulu di dunia dan sangat membahayakan. Ini disebabkan karena bakteri namanya Yersinia pestis, infeksi mematikan yang terjadi di Konstatinopel di tahun 541.
Beragam langkah yang akhiri wabah di masa silam ini bisa dipakai dan diaplikasikan pada saat ini. Dikutip dari History, berikut beberapa langkah yang dapat akhiri IMAX777wabah yang terjadi di masa silam.
Penyakit ini dibawa lewat Laut tengah dari Mesir yang barusan dikalahkan oleh Kaisar Justinianus. Kutu pemicu pandemi ini melekat pada tikus yang makan gandum sampai pada akhirnya menebar dengan mematikan.
Pandemi ini tercatat terjadi di Eropa, Asia, Afrika Utara, dan di Semenajung Arab. Setidaknya 30 hingga 50 juta nyawa meninggal dunia, atau sekitar setengah dari populasi dunia di masa itu.
"Banyak orang tidak tahu cara untuk mengatasinya kecuali menghindari orang yang sedang sakit," terang Thomas Mockaitis, profesor bidang sejarah dari DePaul University.
Comments
Post a Comment